• tempe@lemmy.my.id
    link
    fedilink
    Bahasa Indonesia
    arrow-up
    3
    ·
    edit-2
    1 year ago

    sama seperti bang @aditya@geddit.social, setidaknya jangan ditunjukan atau jangan di indonesia deh, kalau kena masalah juga susah sendiri nantinya, no offense menjadi lgbt itu hak mereka dan membenci lgbt itupun juga sebuah hak.

    • tempe@lemmy.my.id
      link
      fedilink
      Bahasa Indonesia
      arrow-up
      3
      ·
      1 year ago

      @orangutan kalau pendapat saya pribadi mereka harus bisa sadar dan sembuh lalu mencari pasangan lawan jenis bukan hanya untuk “membaur” dan tidak lagi membahas apa yang telah dilewatinya, memulai hidup baru, ideologi baru, dan terpenting lingkungan baru.

      • SALT@lemmy.my.id
        link
        fedilink
        English
        arrow-up
        3
        ·
        1 year ago

        Rasaya lebih ke arah jangan di tampilkan ke publik (get your own room) dan jangan dipaksakan ke anak kecil. Soalnya sekarang yang jadi contoh adalah yang di US. Dan kondisinya cukup memprihatinkan, anak kecil seakan-akan di brainwash… :/

        Hak menjadi gay adalah hak mereka, cuman ga boleh memaksakan ke orang lain.

          • SALT@lemmy.my.id
            link
            fedilink
            arrow-up
            2
            ·
            1 year ago

            Ketika berciuman dan showing affection as same sex. Ga lazim. benernya juga untuk beda sex sih. Saya termasuk risih lihat begini, tapi karena tidak normal bagi saya, sesama jenis lebih aneh lagi.

            Kedua, untuk yang dipaksakan ke anak kecil itu, ketika ada orang yang berbeda umur, talk about it, and make a move to children. Mostly in US this happen, ends up in grooming, being pedophile. Ga semua seperti ini, tetapi mostly 70% dari report di negara yang melegalkan, this ends up with this shit. Sama kek porn, atau sex, di umurnya, jangan dibolehin kek gini… Di US, identity war, dibuat jadi bahan komoditas, dan dipaksakan ke anak kecil dalam berbagai produk. Jatuhnya bukan orang simpati, tapi malah benci makin parah.

            Jika memang mau menjelaskan, menurut saya harus cukup umur ketika SMA atau di Level umur dewasa, jangan di bawah umur, apalagi hal ini susah untuk dipahami oleh orang-orang tradisional.

            Saya termasuk orang tradisional, tapi saya bisa menghargai hak orang lain, asal tidak violating hak kebebasan saya. dalam pandangan saya, dan kepercayaan saya, “same-sex relationship”, itu tidak normal. Saya tidak memaksakan pandangan saya kepada orang yang percaya same-sex relationship itu normal, tetapi kalau anak saya, keluarga saya, dipaksa harus menerima padangan bahwa same-sex relationship itu normal, saya akan melakukan pembelaan untuk membela kepercayaan saya, karena dalam kepercayaan saya itu dosa, tetapi jika tidak ada urusan dengan anak saya atau keluarga saya, saya tidak peduli atas hal itu, karena itu hak kebebasan atas yang anda percayai

            lalu kenapa tidak boleh di muka umum untuk sekarang ini? Dikarena kan hal ini masih tabu, tidak lumrah, dan unchartered teritory (bagi yang ga paham itu menakutkan, karena ga biasa, ga kenal, dan ga normal, dari sisi pandang saya memposisikan netral ya), sehingga ketika dibuat menjadi lumrah dengan cepat di depan publik, pasti akan membawa kegaduhan. Terus gimana cara ngenalkan nya, ya pelan-pelan, jangan langsung go big… go normal, act normal… baru setelah opini itu shifting… baru bisa pelan-pelan go publik.

            Hal ini sama dengan suku atau ras tertentu, jadi chinese peranakan, maka tidak boleh masuk politik, coba jaman soeharto, auto hilang, karena normalnya saat itu, semua chindo harus menjauhi politik, karena hak milik orang jawa saja… (di jawa), dan miliki suku daerah masing-masing di luar jawa. tapi selang 45-50 tahun setelahnya, kondisinya baru mulai terbuka, tapi juga bisa pamer, eh saya chindo, saya bangga jadi politikus, atau saya chindo, saya bangga jadi professor di kampus PTN, atau saya chindo, pengusaha, jadi politikus, kristen lagi… (agama yang dibenci minoritas dan mayoritas bersamaan)… Sekarang pun setelah lewat 50 tahun, masih ga bisa leluasa, takes time.

            Yang pasti isu ini sensitif, dan perlu waktu. Tapi kalau saya exercising my own rights, I will reject the norm for my family if it’s forced, or to myself. Karena kepercayaan saya mengatakan hal itu tidak baik sejak ribuan tahun lalu, dan tidak baik sekarang pun. namanya kepercayaan, tapi kepercayaan saya tidak memperbolehkan mempersekusi orang lain yang bukan di golongan saya, di dalam kepercayaan yang sama. Gimana dengan yang sama di dalam satu golongan, maka kepercayaan yang dimiliki sudah tidak mainline seperti ribuan tahun lalu, silahkan dengan hormat, bikin agama sendiri, dan jangan ngakuin sebagai bagian dari golongan kepercayaan yang sama. Beda pandangan boleh, memaksakan kebenaran seakan-akan ada satu tidak boleh. Tapi kalau kepercayaan masing-masing, pastinya merasa paling benar (it’s what religion is about, mostly).